LAPORAN KERJA PRAKTEK TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS SYIAH KULA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan Umum
Perkembangan
suatu wilayah umumnya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi, dan sosial budaya
pada wilayah tersebut. Salah satu faktor untuk meningkatkan perkembangan di atas
adalah tersedianya sarana dan prasarana perhubungan yang baik. Prasarana yang
dimaksud adalah pelabuhan laut, jalan kereta api, dan jalan raya. Jalan raya
merupakan prasarana transportasi yang dapat langsung menunjang perkembangan
suatu wilayah, baik wilayah perkotaan maupun wilayah pedesaan. Untuk itu
perencanaan jalan raya harus disesuaikan dengan volume lalu lintas yang akan
dilayani, serta memenuhi syarat – syarat teknis dalam pelaksanaanya.
Pemerintah
mengusahakan agar prasarana perhubungan antara satu daerah dengan yang lainnya dapat berjalan dengan lancar. Sejalan
dengan hal tersebut, Satuan Kerja Rehabilitasi dan Rekonstruksi Provinsi Aceh serta APBK Aceh Besar, perlu melaksanakan Rehabilitasi dan pemeliharaan Jalan Desa Limpok-Tungkop
Aceh Besar. Proyek ini dibangun untuk memudahkan
masyarakat dalam berlalu lintas. Dengan demikian diharapkan aktivitas ekonomi
dan produktivitas masyarakat Provinsi Aceh pada umumnya dan masyarakat
khususnya dapat berjalan dengan lancar dan meningkat.
Proyek Rehabilitasi dan Pemeliharaan
Jalan Desa Limpok-Tungkop Aceh Besar dilaksanakan oleh CV
Tanindo Pratama, dengan sumber
dana diperoleh dari Anggaran Pendapatan Belanja Kabupaten (APBK) Aceh Besar Tahun Anggaran 2011. CV Tanindo Pratama memperoleh proyek ini dengan cara memenangkan tender.
Panjang pekerjaan ruas jalan yang di kerjakan
adalah 2.200
m, Dalam pekerjaan ini dibagi tiga Ruas jalan : Ruas pertama
dari Sta 0+000 sampai dengan Sta 1+900 Ruas Dua Sta
0+000 sampai dengan Sta 1+189 Ruas
3 Sta 0+000 sampai dengan Sta 1+200
dengan biaya proyek keseluruhan
berjumlah Rp. 1.528.097.000,- (Satu milyar lima ratus dua
puluh delapan
juta sembilan puluh tujuh ribu rupiah). Sebagai pelaksana Proyek CV Tanindo Pratama.
1.2
Lokasi dan Alam Sekitar
Proyek Rehabilitasi
dan pemeliharaan jalan Desa limpok-tungkop Aceh Besar untuk memudahkan masyarakat dalam berlalu lintas, serta
dalam rangka menunjang pengembangan transportasi di provinsi Aceh. Panjang
jalan yang dibangun secara keseluruhan dalam proyek ini adalah 2.200 m,
dengan lebar jalan yang di aspal dari Sta
s/d Sta
adalah 3 m dan lebar bahu jalan 1 m.
Pada Proyek Rehabilitasi
dan pemeliharaan jalan Desa limpok-tungkp Aceh besar ini
terdiri dari batas – batas wilayah yaitu sebagai berikut:
1.
Sebelah
Utara berbatasan dengan perumahan penduduk
2.
Sebelah
Selatan berbatasan dengan Perumahaan
Penduduk
3.
Sebelah
Timur berbatasan dengan Perumahan penduduk
4.
Sebelah
Barat berbatasan dengan perumahan penduduk.
1.3
Penempatan Penulis
Kerja praktek ini berdasarkan surat pengantar dari ketua
jurusan Teknik Sipil Program Diploma III
Universitas Syiah Kuala No 0967/H.11/1.31/0/DT/2011 yang ditujukan kepada Pimpinan Proyek Rehabilitasi
dan pemeliharaan jalan desa limpok-tungkop Aceh Besar Provinsi Aceh. Surat balasan dari Pemimpin Proyek Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan desa limpok-tungkop CV Tanindo Pratama No. 12/TP-Adm/AB/X/2011, penulis ditempatkan sebagai peninjau yang mengawasi
jalannya proyek di bawah bimbingan dan pengawasan kontraktor selama 1 (satu)
bulan.
BAB II
ORGANISASI PELAKSANAAN PROYEK
Untuk menunjang keberhasilan dan kelancaran pelaksanaan dalam
suatu proyek, maka perlu adanya organisasi pelaksanaan proyek dimana diharapkan
akan memperjelas tugas dalam proses manajemen dan teknis konstruksinya. Hubungan
antara unsur-unsur yang terlibat didalamnya harus saling berinteraksi dengan
baik, sehingga pelaksanaan proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana.
2.1
Struktur Organisasi
Untuk memudahkan pelaksanaan,
pengawasan serta koordinasi pelaksanaan proyek pekerjaan Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan desa
limpok-tungkop Aceh Besar,
maka diperlukan beberapa unsur organisasi proyek yang terlibat :
- Pemilik
Proyek (Owner);
- Perencana
(Konsultan);
- Pengawas
(Direksi);
- Pelaksana
(Kontraktor).
2.1.1
Pemilik proyek (Owner)
Pemilik proyek (owner) adalah pihak yang memiliki
gagasan atau ide untuk membuat suatu bangunan, baik secara perorangan maupun
badan pemerintahan atau swasta. Pemilik proyek ini disebut juga sebagai pemberi
tugas. Pemilik proyek ini adalah Pemerintah Daerah Aceh dalam hal ini diwakili
oleh Dinas Bina Marga dan Cipta Karya Aceh pada pejabat pembuat komitmen Rehabilitasi
dan pemeliharaan jalan Desa limpok-tungko Aceh Besar.
Untuk melaksanakan proyek ini pemilik
proyek menunjuk pemimpin proyek yang mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab baik dari segi fisik
maupun keuangan pada proyek yang dipimpinnya sesuai dengan pedoman yang berlaku;
b. Menyusun dan membentuk panitia tender;
c. Menetapkan pemenang tender yang diputuskan
oleh panitia tender;
d. Mengadakan ikatan perjanjian atas nama
pemerintah dan pelaksanaan;
e. Penandatanganan naskah serah terima;
f. Menyetujui dan menetapkan pembayaran; dan
g. Bertanggung jawab dalam menyelesaikan proyek
tepat pada waktunya.
Pemimpin proyek pekerjaan Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan desa limpok-tungkop Aceh Besar menunjuk berapa orang pemimpin bagian proyek untuk mengawasi jalannya proyek dan
wewenang penuh tetapi dalam hal persoalan-persoalan yang prinsipil masih harus
ditangani oleh pemimpin proyek.
2.1.2
Perencana
(Konsultan)
Perencana (konsultan) adalah pihak
perorangan atau suatu badan yang bergerak dalam bidang perencanaan suatu
kontruksi, yang menerima tugas dari pemilik proyek untuk membuat perencana
suatu konstruksi sesuai dengan yang diinginkan. Perencana proyek pekerjaan Rehabilitasi
dan pemeliharaan jalan desa limpok-tungkop Aeh Besar ini dipercayakan kepada
proyek perencana dan pengawasan pekerjaan Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan
desa limpok-tungkop Aceh Besar. Perencanaan dibuat sesuai dengan gambar yang telah direncanakan.
Adapun tugas dan tanggung jawab konsultan perencana adalah sebagai berikut:
a. Membuat uraian-uraian tentang maksud dan
tujuan perencana;
b. Mengumpulkan data lapangan dari hasil
penyelidik tanah;
c. Membuat gambar rencana dan gambar detail;
d. Membuat rencana kerja dan daftar perhitungan
volume dan rencana anggaran biaya;
e. Mempersiapakan seluruh dokumen proyek yang
berisikan syarat umum, bestek, daftar alat dan bahan, perkiraan waktu
pelaksanaan proyek;
f. Memberikan penjelasan tentang gambar
konstruksi pada waktu penjelasan pekerjaan (anwijzing);
dan
g. Membantu pemilik proyek dalam membuat dokumen
kontrak dan persiapan untuk tender.
2.1.3
Pengawas (Direksi)
Pengawas (direksi) adalah
perorangan atau badan hukum yang mewakili pemilik proyek untuk mengawasi
pelaksanaan dalam melakukan pekerjaan agar tidak menyimpang dari ketentuan yang
telah disepakati. Untuk
memperoleh hasil maksimal terhadap mutu pelaksanaan, maka pelaksanaan proyek
mutlak diperlukan. Pengawas pada proyek ini merupakan orang yang ditunjuk oleh pemilik
proyek yaitu CV Tanindo pratama.
Adapun tugas dan tangggung
jawab pengawas adalah sebagai berikut :
a. Mengawasi laju pekerjaan proyek baik
kualitas maupun kuantitas bahan yang sesuai dengan bestek;
b. Menyetujui perubahan-perubahan dan
penyesuaian yang terjadi selama pelaksanaan proyek dengan mendapat persetujuan
dari pemimpin proyek;
c. Membuat laporan harian, mingguan dan bulanan
mengenai kemajuan proyek;
d. Mengawasi ketepatan waktu pelaksanaan proyek;
dan
e. Menyusun berita acara dan kemajuan proyek
untuk pembayaran, penyelesaian dan
penyerahan hasil pekerjaan.
2.1.4
Pelaksana
(Kontraktor)
Pelaksana (kontraktor) adalah
perorangan atau suatu badan hukum resmi yang bergerak di bidang pembangunan
sesuai dengan keahlian dan kemampunnya dalam bidang jasa kontruksi. Pelaksana harus mempunyai tenaga ahli teknik dan peralatan yang cukup.
Kontraktor pelaksana yang memenangkan tender pada proyek pekerjaan Rehabilitasi dan pemeliharaan jalan desa
limpok-tungkop Aceh Besar adalah CV Tanindo
Pratama.
Tugas dan tanggung jawab pelaksana adalah :
a. Menyediakan dan mempersiapkan perlengkapan
bahan yang digunakan pada bangunan sesuai dengan persyaratan dalam bestek;
b. Mengerjakan semua pekerjaan sesuai dengan
gambar bestek dan memenuhi peraturan yang tercantum dalam rencana kerja dan syarat-syarat;
c. Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan
tepat pada waktu yang telah ditentukan dalam kontrak; dan
d. Mengadakan pemeliharaan selama proyek
tersebut masih dalam tanggung jawab
pelaksana.
2.2
Hubungan Kerja Antara Masing-masing Unsur Pelaksana Proyek.
Pelaksanaan suatu proyek
diperlukan suatu hubungan unsur-unsur yang terlibat didalamnya. Hubungan ini
dapat di pandang atas dua kedudukan yaitu:
1. Hubungan secara teknis; dan
2. Hubungan secara hukum.
2.2.1
Hubungan secara teknis
Untuk mewujudkan suatu
pelaksanaan proyek sehingga sesuai dengan yang direncanakan, maka diperlukan
kerja antara unsur-unsur yang terlibat didalamnya, terdiri dari pimpinan
proyek, pengawas (direksi) dan pelaksana (kontraktor) seperti yang diperlihatkan
pada Gambar berikut ini:
Setiap melaksanakan tugasnya
pimpinan proyek dibantu oleh pengawas (direksi). Masalah yang berhubungan
dengan segi teknis di lapangan ditangani sepenuhnya oleh direksi dan
menyampaikan kepada pimpinan proyek mengenai kegiatan di lapangan dan hal
lainnya yang berhubungan dengan pembangunan proyek.
Pada pelaksanaan direksi
berkuasa penuh untuk menegur kontraktor bila pekerjaan yang dilaksanakan di
lapangan menyimpang dari yang disyaratkan. Apabila teguran direksi, baik secara
lisan maupun secara tulisan tidak diindahkan oleh kontraktor maka direksi dapat
menghentikan seluruh pekerjaan.
Perencana dapat menegur atau
memerintah secara langsung setiap pekerja
di lapangan tanpa melalui direksi. Hal ini disebabkan karena antara
perencana dan kontraktor tidak ada hubungan kerja, sedangkan antara perencana
dan direksi ada garis konsultasi.
2.2.2
Hubungan secara hukum
Secara Hukum masing-masing pihak
mempunyai kedudukan yang sama dan terikat dengan kontrak. Masing-masing pihak
melakukan tugasnya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati bersama.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar skema hubungan kerja secara
hukum berikut ini :
|
Pada
gambar terlihat pemilik proyek bertindak selaku pemberi dan pengatur jalannya
proyek demi keberhasilan dan kelancaran pekerjaan. Melalui pemimpin proyek ini
diadakan perjanjian atas nama pemilik proyek dengan pihak perencana, pengawas
dan pelaksana.
Pemilik
atau pemimpin proyek, pengawas dan pelaksana mempunyai kedudukan yang sama
secara hukum. Masing-masing pihak dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
kedudukan serta wewenangnya masing-masing dan tidak boleh menyimpang dari yang
tercantum dalam kontrak, sehingga tidak ada pihak yang harus disalahkan atau
dirugikan.
2.3
Pelelangan
Pelelangan
adalah suatu sistem penawaran dimana setiap rekanan yang diundang diberi
kesempatan untuk mengajukan besarnya anggaran biaya pelaksana proyek yang
ditawarkan. Melalui persaingan yang sehat diantara para kontraktor yang
memasukkan penawaran maka yang diperoleh kontraktor yang benar-benar mampu dan
memenuhi syarat administratif, teknis dan keuangan (finansial) untuk
melaksanakan suatu proyek. Tujuan diadakan pelelangan ini adalah agar didapat
suatu harga penawaran yang rendah dan dapat dipertanggungjawabkan.
Penentuan pelaksanaan proyek pada dasarnya
dapat dilakukan dengan cara :
1. Pelelangan umum;
2.
Pelelangan terbatas;
3.
Penunjukkan langsung; dan
4. Pemilihan langsung.
Pelelangan
umum adalah pelelangan yang
dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa atau
papan pengumuman resmi untuk penerangan umum, sehingga masyarakat luas dunia
usaha yang berminat dapat mengikutinya.
Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan
tertentu yang dilakukan antara kontraktor/ rekanan yang dipilih dari
kontraktor/ rekanan yang tercatat dalam Daftar Rekanan Mampu (DRM) sesuai
dengan bidang usaha ruang lingkupnya atau klasifikasi kemampuannya.
Penunjukan langsung adalah
pelaksanaan pekerjaan bangunan maupun penggadaan barang/jasa tanpa
melalui pelelangan umum maupun pelelangan terbatas yang dilakukan dengan cara
menunjuk langsung pada pelaksana proyek tersebut.
Pemilihan
langsung adalah pelaksanaan pekerjaan bangunan maupun penggadaan barang dan
jasa tanpa melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas, yang dilakukan
dengan membandingkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawar yang tercantum dalam
Daftar Rekana Mampu (DRM) dan melakukan negoisasi penawaran secara teknis dan administratif
serta perhitungan harga yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam pelaksanaan suatu pelelangan, panitia
pelelangan mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut :
1. Menetapkan syarat-syarat pelelangan;
2. Mengadakan pengumuman mengenai pelelangan
yang akan diadakan;
3. Memberikan penjelasan tentang syarat-syarat
kerja serta berita acara;
4. Menetapkan tata cara penilaian pelelangan;
5. Melaksanakan pelelangan;
6. Mengadakan penilaian dan penetapan calon
pemenang; dan
7. Membuat laporan dan mempertanggungjawabkan
kepada proyek
2.4
Tenaga Kerja
Pelaksanaan pekerjaan, kontraktor
tidak membawahi langsung para tukang dan pekerja, akan tetapi menunjuk
seseorang kepala tukang untuk memimpin para tukang dan pekerja dalam
melaksanakan pekerjaan dimana para
pekerja ini direkrut dari luar
daerah. Kepala tukang bertanggung jawab langsung kepada kontraktor, ikatan
kerja ini didasarkan atas perjanjian borongan upah kerja antara kontraktor
dengan kepala tukang berdasarkan volume pekerjaan. Kepala tukang membayar upah
kerja kepada pekerja dan tukang berdasarkan upah harian yang sesuai dengan
keahliannya.
Jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan tergantung pada besar kecilnya volume pekerjaan yang dilaksanakan,
jumlah jam kerja yang dilaksanakan tergantung pada cuaca dan ketersediaan
material pekerjaan. Untuk kelancaran kerja, kontraktor menempatkan beberapa
pengawas yang bertugas mengawasi setiap pekerjaan dan kebutuhan bahan bangunan.
Setiap kegiatan pelaksanaan di lapangan selalu diawasi oleh pengawas lapangan (direksi)
dari PT. Ayu Lestari Indah.
2.5
Penempatan
Penulis
Kerja praktek ini berdasarkan surat pengantar dari ketua
jurusan Teknik Sipil Program Diploma III Universitas Syiah Kuala No.0967/H11/1.31/0/DT/2011 yang
ditujukan kepada direktur CV Tanind
Pratama selaku pimpinan proyek pekerjaan Rehabilitasi dan Pemeliharaan jalan desa
limpok-tungkop Aceh Besar.
Surat balasan dari pemimpin proyek pekerjaan Rehabilitasi
dan pemeliharaan jalan desa limpok-tungkop Aceh Besar No.12/TP-Adm/AB/X/2011,
penulis ditempatkan sebagai peninjau yang mengawasi jalannya proyek di bawah
bimbingan dan pengawasan kontraktor selama 1 (satu) bulan.
BAB III
RUANG LINGKUP PEKERJAAN
Proyek Rehabilitasi
dan pemeliharaan jalan desa limpk-tungkop Aceh Besar mempunyai berbagai jenis pekerjaan yang pelaksanaanya
bertahap berdasarkan sumber anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui (APBK) Aceh Besar yang prosesnya bertahap. Lingkup
pekerjaan meliputi seluruh pekerjaan dari awal sampai pekerjaan selesai.
Lingkup Pekerjaan pada proyek ini meliputi :
1.
Perencanaan
(design);
2.
Pelaksanaan
(construction).
3.1 Perencanaan
Pekerjaan perencanaan ini meliputi survey dan pengukuran,
pengumpulan data serta perencanaan (design).
3.1.1
Survey
dan Pengumpulan Data
Survey dilakukan untuk melihat kondisi daerah yang akan
dikerjakan. Keadaan alam, cuaca, sifat-sifat tanah dilokasi proyek dan sebagainya
dapat diperoleh dari hasil survey dan pengukuran di lapangan.
Kontraktor diharuskan meneliti kembali kebenaran
gambar-gambar rencana kerja yang dikeluarkan pada saat pelelangan tender dan
pada saat anwijzing. Penelitian tersebut dimaksudkan untuk melihat
kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan seluruh gambar rencana dan
rencana kerja sehingga bila terdapat kekurangan dapat direvisi/diperbaiki oleh
perencana, agar memberikan hasil kerja yang maksimal.
Pengumpulan
data dan pengukuran lapangan sangat menentukan dalam perencananaan suatu
proyek. Semakin lengkap penyelidikan yang dilakukan, semakin sempurna proyek
yang akan di jalankan.
3.1.2
Tahap
perencanaan
Setelah pekerjaan survey dilakukan dan data-data yang
diperlukan telah diperoleh, dilanjutkan dengan tahap perencanaan, yaitu :
1.
Perencanaan
geometrik, meliputi :
-
Alinyemen
horizontal;
-
Alinyemen
vertikal;
-
Penampang
memanjang;
-
Penampang
melintang;
-
Stationing
(penentuan Sta);
2. Pekerjaan
perkerasan dan lapisan aspal.
Lapisan tanah
dasar (subgrade) merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan konstruksi perkerasan. Lapisan pondasi bawah (subbase course)
merupakan pondasi dari lapisan pondasi atas (base course) dan lapaisan
permukaan (surface course). Susunan butiran yang digunakan harus bervariasi,
semakin bermacam ukuran yang digunakan rongga-rongga antar butir semakin kecil,
sehingga konstruksi perkerasan menjadi semakin kuat.
3.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan meliputi :
1.
Pekerjaan
persiapan;
2.
Pekerjaan
tanah dasar (subgrade);
3. pekerjaan
pondasi bawah (subbase course);
4.
pekerjaan
pondasi atas (base);
5.
Pekerjaan
pelapisan permukaan (surface).
3.2.1 Pekerjaan
persiapan
Sebelum dilakukan pelaksanaan proyek terlebih dahulu dilakukan pengukuran
untuk pemasangan patok-patok, guna menentukan profil memanjang dan melintang
dari badan jalan.
Alat-alat yang digunakan pada pekerjaan persiapan ini adalah :
1.
Theodolit,
waterpas;
2.
Bak
pengukuran;
3.
Payung;
4.
Alat-alat
tulis.
3.2.2
Pekerjaan
tanah dasar (subgrade)
Tanah dasar
(subgrade) adalah bagian paling bawah dari konstruksi jalan yang berfungsi
sebagai tempat meletakkan lapisan perkerasan jalan raya. Keadaan tanah dasar
sangat mempengaruhi mahal tidaknya suatu konstruksi jalan raya.
Lapisan tanah dasar pada proyek ini berupa tanah yang
didatangkan tidak jauh dari lokasi proyek. Hal ini di karenakan kondisi tanah
asli daerah pekerjaan proyek ini tidak sesuai dengan spesifikasi karena
tanahnya rawa dan banyak mengandung humus yang dapat memperlemah konstruksi jalan.
Pekerjaan tanah dasar meliputi :
a.
Pengupasan
(stripping)
Pekerjaan striping merupakan pekerjaan lanjutan setelah clearing, yang
meliputi pembuangan lapisan humus dari tanah permukaan. Dalamnya tanah yang
perlu distriping tergantung pada keadan alam, tetapi biasanya berkisar antara
20-30 cm.
Alat-alat yang
digunakan adalah :
1.
Motor
Grader;
2.
Bulldozer
;
3.
Dump
truck.
Pada pekerjaan ini setelah pekerjaan lapisan tanah dasar
(subgrade) selesai pekerjaan dilanjutkan dengan penghamparan urugan pilihan
yang berasal dari Jantho, Aceh Besar . Penghamparan
urugan pilihan setebal 20 cm dengan material batu kerikil dari campuran pasir
dari material kelas B dengan tingkat kepadatan yang disyaratkan 98%.
3.2.3
Pekerjaan pondasi bawah
(sub base)
Lapisan pondasi bawah (sub base course) adalah
lapisan yang ditempatkan antara tanah dasar dan pondasi atas (base course), yang merupakan, lapisan dasar
dari pekerasan jalan. Mutu yang digunakan untuk lapisan ini lebih rendah dari
dari mutu bahan lapisan pondasi atas.
Bahan pondasi bawah ini terdiri atas sirtu yang
berasal dari Jantho, Aceh Besar.
Persyaratan bahan pondasi bawah telah di tentukan memenuhi persyaratan pondasi
bawah B dengan tingkat kepadatan 98%. Tebal perkerasan pondasi bawah adalah 20
cm. Lapisan ini diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatkan.
Fungsi dari lapisan subbase course
adalah :
a.
Bagian
dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban roda;
b.
Mencapai
efisien penggunaan material yang relatif lebih murah, agar lapisan-lapisan berikutnya
dapat dikurangi tebalnya;
c.
Untuk
mencegah lapisan tanah dasar masuk ke dalam lapisan pondasi atas;
d.
Sebagai
lapisan pertama agar pelakasanaan berjalan lancar.
Alat-alat yang digunakan anatara lain :
1.
Water
Tanker;
2.
Dump
truck;
3.
Motor
Grader;
4.
Vibrator
Compactor roller.
3.2.4
Pekerjaan
pondasi atas (base course)
Lapisan pondasia atas adalah lapisan yang diletakkan
antara lapisan pondasi bawah dan lapisan pemukaan. Lapisan ini dibuat untuk
menyempurnakan daya dukung beban, dengan pendistribusian beban melalui ketebalan
tertentu, tebal lapisan pondasi atas pada proyek ini direncanakan 15 cm.
Fungsi dari
lapisan base course adalah :
a.
Sebagai
bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan menyebarkan
beban roda kelapisan bawahnya;
b.
Sebagai
lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah;
c.
Sebagai
perletakkan terhadap bagian permukaan.
Bahan yang digunakan dalam lapisan ini adalah terdiri
dari batu pecah atau kerikil yang telah bercampur dengan pasir sebagai filler
yang berasal dari Jantho, Aceh Besar . Persyaratan base ini telah ditentukan
yaitu harus memenuhi syarat untuk base
base A dengan tingkat kepadatan 98%.
Alat-alat yang
digunakan antara lain :
1.
Water
tanker;
2.
Dump
truk;
3.
Motor
Grader;
4.
Vibrator
compactor roller.
3.2.5
Pekerjaan lapisan
permukaan (surface Course)
Lapisan permukaan adalah lapisan yang terletak di
atas lapisan pondasi atas dan merupakan lapisan teratas dari konstruksi
perkerasan jalan.
Fungsi dari lapisan permukaan adalah :
a.
Sebagai
lapisan perkerasan yang mendukung beban roda;
b.
Sebagai
lapisan kedap air, untuk melindungi badan jalan dan kerusakan akibat pengaruh
cuaca;
c.
Sebagai
lapisan stabilisator perkerasan.
Penggunaan bahan aspal agar lapisan tanah dasar bersifat kedap air.
Disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang
berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda. Bahan aspal yang
digunakan untuk lapisan ini adalah aspal (AC-BC). Pada pekerjaan lapisan
permukaan ini ketebalan aspalnya adalah 5 cm. Untuk menghubungkan lapisan
permukaan$ dengan AC-BC terlebih dahulu digunakan lapisan prime coat yang
merupakan campuran aspal dengan bahan pencair yang lebih kental.
Alat-alat yang digunakan pada pekerjaan lapisan permukaan
ini adalah :
1. Dump
truck;
2.
Aspal sprayer;
3.
Asphalt fnisher;
4.
Vibrator roller;
5.
Pneumatic tired roller; AMP (Asphalt Mixing
Plant).
BAB IV
KEGIATAN
PROYEK YANG DIIKUTI
Kegiatan proyek yang diikuti selama 1 (satu) bulan
dalam melaksanakan kerja praktek sejak tanggal 25 Oktober 2010 sampai dengan 25 November 2010
mulai dari STA 53+630 sampai dengan STA 54+900 pada Proyek Pembangunan Jalan Lambaro KM77 (Seksi -02D) adalah sebagai berikut
:
1.
Pekerjaan
Galian;
2.
Pekerjaan
Lapisan Pondasi Bawah (Subbase course) ;
3. Pekerjaan
Lapisan Pondasi Atas (Base course);
4. Pekerjaan Lapisan Permukaan (Surface course).
4.1 Pekerjaan Galian
Alat – alat yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah:
a.
Backhoe,
alat ini digunakan untuk mengangkat tanah hasil galian yang berada dalan lokasi
proyek ini, dan untuk memasukkan ke dalam dump truk.
b.
Dump
truk, di sini digunakan untuk mengangkut hasil galian tanah yang berada pada
lokasi pekerjaan, yang isi oleh backhoe dan dibuang ketempat pembuangan yang telah
ditentukan. Banyaknya dump truk yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah 4
buah.
c.
Vibrator
Compact Roller, disini digunakan untuk pemadatan lapisan tanah galian. Banyaknya Vibrator
compact roller yang digunakan yaitu 1 buah.
Diantara beberapa jenis tanah yang harus diperbaiki dalam
ruas jalan tersebut adalah tanah dasar karena banyak mengandung tanah liat. Tanah
hasil galian tersebut diangkat oleh backhoe dan dimuat ke dalam dump truk lalu
dibuang ke daerah yang tidak jauh dari lokasi proyek, kemudian dipadatkan
dengan menggunakan Vibrator Compact roller yang telah dilapisi dengan material
pilihan. Pada daerah yang terdapat batuan kecil maka dilakukan pemadatan lansung,
sedangkan pada daerah batuan besar maka pekerjaaan tersebut dilakukan dengan excavator.
4.2 Pekerjaan
Lapisan Pondasi Bawah (Subbase course)
Lapisan pondai
bawah (Subbase course) adalah lapisan yang di tempatkan diantara tanah dasar
(Subgrade) dan base course, yang merupakan lapisan dasar dari perkerasan jalan.
Lapisan pondasi bawah yang dipakai telah ditentukan yaitu lapisan agregate
kelas B, komposisi agregate adalah pasir, kerikil batu gunung dan tanah liat.
Mutu bahan yang digunakan untuk lapisan ini lebih rendah dari mutu bahan base
course.
Agregate
diangkut dengan menggunakan dump truck dan ditumpukkan di lokasi penghamparan
dengan jarak 2 m sampai 3 m. Setelah ditumpuk agregat di hamparkan dengan motor
grader, dimana petugas lapangan telah mengukur dan memberi tanda batas
(patok-patok) pada bagian yang akan dihamparkan agregat. Tebal penghamparan ini
rata-rata 20 cm, sehingga dengan adanya faktor looses 1,4 maka setelah
pemadatan akan didapatkan lapisan setebal 15 cm.
Pada proses pemadatan permukaan lapisan sub base terlalu kering maka
disiram air pada lapisan ini. Banyaknya air yang disiram dari mobil tangki air
ditentukan secara visual artinya kadar air yang disiramkan tidak melebihi kadar
air optimum oleh pengawas lapangan
sedemikian hingga agregat tidak terlalu basah. Jika kadar air kurang
ditambahkan pada saat penggilasan pada pekerjaan pemadatan digunakan vibrator
roller dengan bobot 8 ton. Kepadatan umumnya dicapai dengan 8 sampai 10 passing
secara memanjang di atas lapisan tanah dasar.
Setelah pekerjaan Sub base selesai dilanjutkan dengan
pekerjaan base, namun sebelumnya kepadatan dan daya dukung tanah dilaksanakan
dengan test CBR (California Bearing Ratio) di laboratorium, dimana diharapkan
nilai CBR mencapai 100%. Bila kepadatan dan daya dukung masih kurang, maka
pemadatan diulang kembali. Pengetesan dilakukan setiap jarak 50 m.
Alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan lapisan pondasi bawah adalah :
1.
Water
Tanker 1 unit;
2.
Dump
Truck 8 unit;
3.
Vibrator
Compactor Roller 1 unit;
4.
Motor
Grader 1 unit;
4.3 Pekerjaan Pondasi
Lapisan Atas (base course)
Pada pekerjaan lapisan pondasi atas ini material dan agregat yang dipakai
telah ditentukan yaitu lapisan agregat kelas A pada bagian badan jalan. Base
course menggunakan material yang yang bahan-bahannya terdiri dari batu pecah
yang ukuran standarnya dari SNI untuk syarat keleas A. Pekerjaan pondasi atas
ini dikerjakan pada Sta 53+630
sampai dengan Sta 54+900.
Alat-alat yang digunakan pada pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a. Dump truck, pada proyek ini digunakan untuk
mengangkut material dari lokasi pengambilan ke lokasi perkerasan. Dump truck
yang tersedia dalam pekerjaan ini berjumlah 8 unit, yaitu berkapasitas 4 m3.
b. Motor Grader, digunakan untuk dilakukan
pekerjaan penghamparan material agregat agar merata. Banyaknya motor grader
yang digunakan untuk pekerjaan ini berjumlah 1 unit.
c. Vibrator Compactor Roller (vibro), ini
digunakan untuk memadatkan material yang telah dihampar (diratakan). Pada
pekerjaan ini Vibrator compactor roller yang digunakan sebanyak 1 (satu) unit
dengan kapasitas 8 ton.
d. Water tank, pada pekerjaan ini digunakan
untuk mengangkut air yang akan di siram ke lapisan yang akan dipadatkan dengan
kapasitas air 5 ton sebanyak 1 unit.
Pekerjaan badan jalan
dimulai dengan didatangkan material agregat kelas A, dengan menggunakan dump
truck. Selanjutnya agregat yang dibawa oleh dump truck ditumpuk pada tiap-tiap
jarak 2-3 meter. Penghamparan dimulai dengan menggunakan motor grader yang
bergerak maju mundur sampai merata. Pemadatan dilakukan dengan tebal hamparan
20 cm, dengan adanya faktor lolos dari gembur kepadatan sebesar 1,2 maka
setelah pemadatan akan didapatkan lapisan setebal 15 cm.
Pemadatan dilakukan dengan menggunakan vibrator compactor roller (vibro)
sebanyak 9 putaran (telah memenuhi persyaratan Dinas Kimpraswil 8-10 putaran)
setiap lapisnya, dimana setiap 1 (satu) putaran sama dengan 1(satu) kali pulang
pergi. Untuk mendapatkan hasil pemadatan yang lebih baik, proses pemadatan ini
dilakukan sambil disiram air oleh water
tank. Hal ini untuk mendapatkan kepadatan yang lebih baik dengan kadar air
optimum yakni 7,80 %. Pemadatan lapisan pondasi atas yang dilakukan dengan
menggunakan vibrator compactor roller.
Setelah material agregat kelas A dihamparkan dan dipadatkan, maka dilakukan
tes kepadatan dengan menggunakan sand cone. Pemeriksaan kepadatan ini dilakukan
untuk mengetahui apakah dari pamadatan lapisan pondasi atas ini telah mencapai
ketinggian yang sesuai dengan gambar rencana yaitu 20 cm. Pemeriksaan elevasi
juga dilakukan dengan menggunakan waterpass dan bak ukur. Pemeriksaan sand cone
bertujuan untuk melihat tingkat kepadatan agregat. Kepadatan di lapangan dapat
diukur atau dilaksanakan dengan menentukan berat volume kering tanah yang
dipadatkan tersebut. Untuk pemeriksaan kadar air dapat dilakukan dengan cara
menghitung selisih berat sebelum dipanaskan dengan setelah dipanaskan dengan
suhu 1050C, kemudian dibandingkan dengan berat kering.
Pemeriksaan kepadatan di lapangan dilakukan juga dengan
propolling pembebanan 12 tondengan menggunakan Dump truckyang berisikan pasir
melintas di badan jalan dengan kecepatan rendah (Gear 1), dan pada pengujian
propolling ternyata lapisan pondasi kelas A tidak mengalami lendutan yang
melampaui dari yang disyaratkan, yaitu 0,4 sampai 0,9 cm.
4.4 Pekerjaan Lapisan Permukaan (surface)
Lapisan permukaan
(surface course) adalah lapisan yang terletak diatas lapisan base course
dan merupakan lapisan teratas dari konstruksi perkerasan jalan.
Penggunaan bahan aspal lagar lapisan tanah dasar bersifat
kedap air. Disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik,
yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda. Bahan aspal
yang digunakan untuk lapisan ini adalah aspal (AC-BC). Pada pekerjaan lapisan
permukaan ini ketebalan aspalnya adalah 5 cm. Untuk menghubungkan lapisan base
course dengan AC-BC terlebih dahulu digunakan lapisan prime coat yang merupakan
campuran aspal dengan bahan pencair yang lebih kental.
Alat-alat yang digunakan pada pekerjaan lapisan permukaan
ini adalah :
1. Dump
truck;
2.
Asphalt sprayer;
3.
Asphalt finisher;
4.
Vibrator roller;
5.
Pneumatic tired roller;
6. AMP
(Asphalt Mixing Plant).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kerja praktek ini dilakukan
pada proyek pekerjaan pembangunan jalan Lambaro-Km 77 di
kabupaten Aceh Besar provinsi Aceh
selama kurang lebih 1 (satu) bulan lamanya yaitu dari tanggal 25 Oktober 2010
sampai tanggal 25 November 2010. Dalam melakukan kerja praktek ini telah banyak
diperoleh pengetahuan dan pengalaman serta dapat menghubungkan dengan materi
perkuliahan. Dalam situasi tertentu dapat diambil beberapa kebijakan antara
konsultan pengawas denagan pelaksana yang dapat dipertanggungjawabkan tanpa
melewati batas toleransi. Berdasarkan proyek yang diikuti, dapat diambil
beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan
serta keterangan yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
proyek.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pemantauan di
lapangan selama melaksanakan kerja praktek ini, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan :
1. Pada
saat pekerjaan galian biasa, jalan masih dalam keadaan tidak rata.
2. Kondisi
tanah asli daerah pekerjaan proyek berupa tanah rawa dan banyak mengandung
humus.
3. Sistem
pengaturan alat di lapangan pada saat pelaksanaan sudah baik sehingga pemadatan
sesuai dengan perencanaan dan tidak terjadi delay (antrian)
4. Pengadaan
tanah timbun ke lokasi proyek sering mengalami keterlambatan, sehingga
berpengaruh pada pelaksanaan pekerjaan.
5. Setelah
dilakukan tes kepadatan dengan menggunakan sand cone, pemadatan base telah
mencapai ketinggian yang sesuai dengan gambar rencana yaitu 15 cm.
6. Jumlah peralatan yang digunakan di
lapangan sudah sangat memadai.
5.2 Saran-saran
1. Sebaiknya pelaksana memonitor terlebih
dahulu cuaca ketika hendak melaksanakan pekerjaan .
2. Pengawas hendaknya melakukan pengawasan
secara ketat terhadap time schedule, tenaga kerja dan mutu material.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Anonymous, 2004, Pedoman Penyusunan Kerja Praktek Diploma
Tiga Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala.
[2]. Schermerchorn, 1996, Struktur
Organisasi Proyek, Erlangga,
Jakarta.
[3]. Sukirman. S, 1992, Dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Penerbit Nova, Bandung.
[4]. Sukirman, S, 1992, Perkerasan Lentur Jalan Raya,
Penerbit Nova, Bandung.
MUSTAFA KAMAL
1204101010155
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SYIAH KULA
BANDA ACEH
Pembimbing II : Ir Nurlely, M.Sc
NIP : 195012251983032001
Note :
Bagi yang Butuh File Lampiran , Gambar , Foto , Hub di imal.civil_engineering@yahoo.com
No comments:
Post a Comment